On a Weagon bound the market
There’s a calf with a mournful eye
High above him there’s a swallow
Winging swiftly through the sky
How the winds are laughing
They laugh with all they might
Laugh and laugh the whole day through
And half the summers night
(Chorus)
Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don
Donna Donna Donna Donna
Donna Donna Donna Don
“Stop complaining!” Said the farmer
Who told you a calf to be?
Why don’t you have wings to fly with
Like the swallow so proud and free?
Calves are easily bound and slaughtered
Never knowing the reason why
But whoever treasures freedom
Like the swallow has learned to fly
Ini adalah terjemahan versi saya untuk Donna Donna-nya Joan Baez :
Di sebuah gerbong yang membatasi pasar
Ada seekor anak sapi dengan mata yang berduka.
Jauh tinggi diatasnya ada seekor burung layang layang,
mengepakkan sayap dengan cepat melintasi angkasa.
Betapa angin angin itu tertawa,
mereka tertawa sekuat mereka.
Tertawa dan tertawa sepanjang hari,
serta separuh malam musim panas.
Donna Donna Donna Donna,
Donna Donna Donna Don,
Donna Donna Donna Donna,
Donna Donna Donna Don.
“Berhentilah mengeluh!”,kata si Petani.
Siapa suruh jadi anak sapi?
Kenapa tak kau punyai sayap untuk terbang?
Seperti burung layang layang, sangat bangga dan bebas.
Anak anak sapi mudah diikat dan dibunuh
tanpa tahu alasannya
Tapi siapapun yang mencari kebebasan,
seperti burung layang layang, harus belajar terbang.
Saya
tahu, saya tidak dapat memberi penafsiran yang tepat untuk lagu ini.
Saya sama sekali tidak tahu apa yang pencipta lagu ini rasakan, juga apa
yang ingin dia sampaikan waktu menulis lagu ini. Apa yang saya tulis
disini hanya sebatas penafsiran pribadi. Apa pendatpat saya tentangnya
dan apa yang saya rasakan waktu mendengarnya.
Saya pertama
kali mendengar lagu ini ketika saya menonton film Gie di rumah saya
bersama seorang teman saya (sebenarnya kami tak bisa dibilang menonton
bersama, sebab dia keluar rumah duluan karena tidak paham dengan
ceritanya). Dinyanyikan oleh Ira (Sita Nursanti), sambil memetik gitar
di sebuah malam kesenian. Saya rasa lagu ini cukup enak didengar, dan
saya cukup penasaran dengan liriknya. Setelah dapat liriknya, saya
membacanya dikamar, mencoba mengerti, dan inilah yang saya dapatkan :
Lagu
ini intinya tentang kebebasan. Tentang hak kita menentukan pilihan.
Tentang keharusan kita bergerak, melakukan sesuatu, bukannya menyerah
atau lebih parah lagi pasrah. Lagu ini tentang ketidakberdayaan, dan
bagaimana kita mengubahnya.
Bait pertama lagu ini
melukiskan dua sisi, kelemahan dan kekuatan. Anak sapi mewakili
kelemahan, sementara burung layang layang melambangkan kekuatan dan
lebih tepat lagi kebebasan. Yang saya tangkap, ada perbedaan yang begitu
timpang. Si Burung bisa membuktikan diri, punya kekuatan dan
pencapaian. Sementara Si Anak Sapi dihadapkan pada kelemahan dirinya dan
penyesalan terhadap kelemahan itu.
Dalam bait kedua
diceritakan, betapa Si Anak Sapi telah ditertawakan oleh lingkungannya.
Terus-menerus, lingkungan Si Anak Sapi menghinanya atas kelemahannya. Di
bait ketiga alias chorusnya, saya kurang begitu bisa mengartikan apa
arti kata Donna. Kalau dilihat dari penulisannya yang menggunakan huruf
kapital di awal, Donna bisa diartikan tempat atau nama orang. Tapi
masalahnya di bait bait selanjutnya, orang atau tempat yang bernama
Donna ini tidak disinggung singgung lagi, pembahasan lagu ini kembali ke
Si Burung dan Si Anak Sapi. Menurut saya, Donna ini hanya semacam bunyi
saja. Tapi entah….
Langsung saja ke bait keempat. Menurut
saya, di bait inilah kita bisa menemukan inti lagu ini. Inti yang sudah
saya sebut sebelumnya. Sebenarnya kita sama sekali tidak diijinkan
mengeluh. “Siapa suruh jadi anak sapi?” Kalimat itu menyatakan bahwa
sebenarnya kita punya pilihan. Kitalah yang menentukan mau jadi Si
Burung atau Anak Sapi. Kita yang menentukan apa yang kita miliki, kalau
kita bisa punya sayap dan terbang bebas, kenapa harus diam terikat? Apa
tindakan kita, itulah yang menentukan siapa kita. Itulah pilihannya,
bertindak atau diam, memilih lemah atau kuat dan bebas seperti burung
layang layang? Bait ini menjelaskan kita tidak dipasung takdir.
“Who
told you a calf to be?” , bisa juga diartikan: “Siapa yang menentukan
kamu itu jadi anak sapi?” dan saya pikir jawabannya tidak ada. Tidak ada
yang menentukan kita menjadi ini atau itu. Kita tidak ditentukan, tapi
kita mencari. Hidup ini sebuah pencarian, perubahan, kearah yang lebih
baik tentunya. Hidup ini bukan cuma menjalani apa yang ditentukan, hidup
ini juga butuh keputusan, butuh pilihan, mau jadi orang yang seperti
apakah kita?
Dan tentang mengeluh, yang saya tangkap dari
lagu ini, mengeluh itu tidak perlu, tidak penting. Yang penting adalah,
berubah, berbuat, bertindak, memilih yang lebih baik. Sehingga, pada
akhirnya kita bebas, menjadi seseorang yang kita pilih dan kita ingini,
dan kita bisa berbangga untuk itu, seperti burung layang layang.
Bait
kelima, menunjukkan kita tak boleh lemah seperti anak anak sapi yang
mudah dibatasi, mudah dihilangkan, dihancurkan tanpa dia tahu kenapa,
dan tanpa dia menyadarinya. Bodoh sekali, lemah tapi tidak sadar akan
kelemahannya, bahkan tidak berbuat apapun untuk mengubahnya.
Tapi
segalanya berbeda untuk orang orang yang menghargai, mau mengerti dan
pelan pelan mengumpulkan sendiri kebebasannya. Dalam lagu ini mereka
diakatakan seperti burung layang layang yang sudah belajar terbang.
Mereka orang orang yang telah memilih, telah mengambil keputusan dan
berusaha. Orang orang yang tahu siapa dirinya dan kini telah mendapat
kebebasan dan kekuatannya.
Berikut kutipan dari buku Catatan Seorang Demonstran yang menegaskan apa arti lagu ini
Calves are easily bound and slaughtered. Never knowing the reason why
But whoever treasures freedom. Like the swallow has learned to fly
Intinya,
kita tidak boleh menerima nasib buruk dan mengenggapnya sebagai jalan
hidup yang telah ditentukan bagi kita, pasrah menerimanya sebagai sebuah
kutukan…Kalau kita ingin hidup bebas, kita harus belajar terbang.
Begitulah,
sekarang saya, berdasarkan pemahaman saya sendiri, merasa lagu ini
punya makna yang cukup bagus. Sekarang saya tahu, dan sudah memutuskan
untuk memilih jadi burung layang layang. Semoga saya, saya pasti bisa,
begitupun anda.
JADI JANGAN PERNAH MAU DAN SELALU DISALAHKAN SAMA DOSEN,
DOSEN BUKAN DEWA, MAHASISWA BUKANLAH KERBAU/SAPI DUNGU YANG DISURUH-SURUH!