Rabu, 01 Januari 2014

Catatan Akhir tahun 2013


Tahun 2014 bisa dikatakan tahun sulit, karena belum-belum kita sudah dihadapkan pada angka hancurnya rupiah pada level Rp. 12.274,- (31 desember 2013), ini adalah level terendah sejak masa era reformasi. Sementara di sektor impor kita mengalami kenaikan signifikan USD191,67 miliar dan ekspor sebesar USD190,04 miliar. Menurut catatan BPS defisit terbesar berasal dari impor minyak US$ 5,59 milyar. Besarnya defisit minyak memberatkan anggaran kita.

Tahun 2014 sebagai Tahun Politik, namun sayangnya menurut catatan Indonesian Indicator, sebuah lembaga yang mencatat “Dinamika Pemberitaan Media” menempatkan Politik erat kaitannya dengan pemberitaan masalah-masalah korupsi, politik bukan lagi sebagai “alat jalan keluar dari persoalan-persoalan masyarakat” tapi politik menjadi sebuah tontonan panjang melelahkan bagaimana pejabat-pejabat negara berikut politisi dan cukong menjadi pemain sulap duit anggaran negara.

Politik bukan lagi sebagai ‘sebuah jalan hidup’ tapi oleh rezim sekarang politik menjadi “jalan mencari penghidupan” ditengah kesengsaraan rakyat, naiknya harga-harga di pasar-pasar, para politisi dan pejabat negara besar-besaran merampok dana negara.

Tahun 2014 adalah tahun persimpangan, tahun dimana kita mau jadi lebih buruk atau lebih baik. Di tengan suara-suara bermulut comberan para politisi muncul satu fenomena “Jokowi”, kemunculan ini jadi kejutan banyak orang, karena sekali gebuk panggung, Jokowi menjungkalkan tujuh calon Presiden.

Kita memang sedang mengalami “Penyimpangan” jauh fungsi negara, negara yang tadinya merupakan idealisme tertinggi peradaban, kini malah dijadikan sarang comberan untuk mengeruk uang, rakyat tidak lagi menjadi sumber perhatian pejabat negara, rakyat dijadikan hanya “cek kosong” bagi perdebatan-perdebatan politik.

Apakah kita bisa berubah?, apakah kita bisa memulai politik dengan penuh etika dan berperadaban modern, apakah Partai bisa menjadi agen perubahan masyarakat bukan agen makelar proyek?, kita memahami memang ini sulit, tapi dengan berusaha kita akan mendapatkan jalan keluarnya.

Tahun 2014 memang akan menjadi tahun yang berat, tapi dengan mengucapkan “bismillah” kita hadapi tahun ini dengan penuh keberanian, dengan penuh percaya diri bahwa Indonesia kita akan bangkit kembali dari keterpurukannya dan menjadi bangsa terhormat. Sudah saatnya kita menyerukan Indonesia Raya di dalam hati kita, karena hanya bangsa ini yang mampu mengembalikan kita bukan saja ke dalam perahu kenangan-kenangan di masa lalu, tapi bagi anak-anak masa depan.

Semoga Tahun 2014 bisa menjadi tahun yang jaya, tahun berdikari, tahun kemenangan bagi Indonesia.