Sabtu, 29 Desember 2012

Tidak !! Gerakan Mahasiswa harus tetap berdiri sebagai konsekuensi logis dari proses pendidikan.


Gerakan Mahasiswa merupakan kata yang tidak asing lagi bagi kita. Tetapi apa dan bagaimana Gerakan Mahasiswa itu? Gerakan Mahasiswa adalah sejumlah aktivitas dan tindakan yang dilakukan secara sistematis (sadar dan terencana) guna mencapai suatu tujuan atau visi yang bersifat mengubah bentuk atau rupa dari suatu objek tertentu (transformasi) dan dilakukan oleh mahasiswa. Gerakan Mahasiswa sebagai salah satu gerakan sosial juga mempunyai prinsip yang khas dalam batasan permainannya yaitu Kebenaran Ilmiah. Lalu kenapa harus ada Gerakan Mahasiswa?

Gerakan Mahasiswa muncul dari konsekuensi nilai dan tujuan pendidikan itu sendiri. Menurut John Dewey, pendidikan merupakan alat untuk mencapai sebuah perubahan dan kemajuan dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Paulo freire, pendidikan harus mampu menjawab tantangan yang ada di masyarakatnya. Dari pemikiran kedua filsuf pendidikan ini, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pendidikan memiliki tujuan untuk melakukan transformasi sosial di masyarakat dan konsekuensinya adalah bahwa pendidikan harus berbasiskan realita masyarakatnya. Dan realita masyarakatnya sangatlah erat dengan kebudayaan masyarakat. Berarti pendidikan juga tidak boleh teralienasi dari kebudayaan masyarakat dan pada akhirnya harus memberikan sumbangsih dalam proses pembudayaan masyarakatnya. Pada tataran praktisnya gerakan mahasiswa mempunyai peranan struktural dan kultural untuk masyarakatnya. Struktural karena gerakan mahasiswa merupakan gerakan yang sistematis dan mempunyai tujuan. Kultural karena gerakan mahasiswa lahir dari konsekuensi tujuan pendidikan itu sendiri yaitu proses pembudayaan masyarakat.

Mahasiswa merupakan pemuda calon cendikiawan bangsa yang tengah digojlok dengan berbagai aktivitas akademik agar ia siap terjun dimasyarakatnya melakukan sebuah transformasi dengan menerapkan segala hal yang telah ia dapat dari masa pendidikan di universitas. Lalu mahasiswa seperti apakah yang dibutuhkan untuk menghasilkan generasi penerus bangsa yang berkualitas? Menurut Anwar Ibrahim, seorang tokoh reformis Malaysia dalama bukunya “Renaissance of Asia” mengatakan bahwa mahasiswa yang dibutuhkan adalah mahasiswa yang multidimensional. Yang disamping penguasaan terhadap kajian bidang ilmunya ia juga memiliki penguasaan dan kemampuan berdialektika sehingga dalam masa-masanya di universitas ia melakukan berbagai pengembangan dan pengayaan diri. Proses pengayaan yang tidak tersentuh oleh bangku kuliah adalah merupakan tugas Gerakan Mahasiswa.

Akankah mahasiswa mau melakukan interaksi sosial dengan realita masyarakatnya jika proses aktualisasinya sendiri mengalami hambatan?. Akankah suara, ajakan dan pendekatan yang dilakukan oleh lembaga sentral mahasiswa didengarkan jika lembaga ini sudah mereka pandang menjenuhkan, jika mendengar namanya saja sudah “ANTI”? Kita memerlukan cara baru yang cerdas, segar atau bahkan nakal untuk kembali merepresentasikan kemahasiswaan terpusat ini ditengah keberagaman kita.

Sangat disayangkan, banyak mahasiswa yang sudah jemu dan menyatakan tidak peduli terhadap ada atau tidaknya Organisasi Intra Kampus (Ormawa/UKM), khususnya di kampus saya. Beberapa Ormawa dipandang memiliki satu warna dan bergerak hanya di tataran lingkungan kampus saja dan tidak berani untuk bergerak di tataran masyarakat sosial ataupun hingga ke tataran politis. Lalu bagaimana Ormawa akan menjalankan perannya sebagai lembaga sentral mahasiswa jika mahasiswanya sendiri sudah tidak peduli, sudah jenuh?. Haruskah kita juga ikut tidak peduli padahal kita tahu fungsi dan tujuan dari gerakan mahasiswa itu sendiri terhadap masyarakat dan aktualisasi mahasiswa sebagai calon penerus bangsa?. (RMA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar