Kamis, 13 Februari 2014

FUCKLENTINE

Kepada Perempuan-Perempuan yang Jatuh Cinta di Hari Valentine,

Surat ini kutuliskan pada perempuan-perempuan yang jatuh cinta di hari Valentine, ketika bumi berwarna merah jambu, jalan-jalan berubah ungu, pohon flamboyan membungakan hujan, gerimis baru saja usai.

Wangi tanah, wangi kopi... menjadi waktu yang bergulir pelan, seribu kenangan menciptakan baris-baris rumah puisi dan wajah perempuan seperti mata stasiun tua yang hidup kembali harapannya ketika kereta senja datang.

Tak ada yang lebih indah dari senyum perempuan ketika ia jatuh cinta, ketika ia dengan pelan-pelan merakit harapan, dan bertanya tentang masa depan. Hujan rindunya adalah mata yang lekat pada kekasihnya, ia terus menerus melukiskan mimpinya dengan aksara yang ia tulis dengan sepenuh hati di atas kanvas hatinya : “hati perempuan”.

Hati perempuan adalah rumah kaca kehidupan, lihatlah bagaimana mata perempuan memberikan kuas kehidupan, melukisnya perlahan, ia menggambarkan rumput-rumput, menggambarkan atap-atap rumah, jembatan lengkung, bunga yang baru saja mekar dan matahari yang berbinar-binar. Dengan gembira mata perempuan menjadi bulan bulat yang cahayanya menimpa batu-batu. Hati perempuan begitu indah, tapi ia juga rumit, ia penuh teka-teki, ia adalah tebakan paling sulit dalam sejarah kehidupan manusia. Tanpa dinyana, hati perempuan sepertinya sabda Tuhan. Tapi manusia sering melengos dan meremehkan, maka tubuh, pikiran dan hati perempuan dipenjara dalam dunia penuh prasangka laki-laki.

Pada hari Valentine, jutaan ton coklat diproduksi, gambar-gambar bunga merah hati, harapan-harapan yang tumbuh seperti tumbuhnya daun-daun padi, kata-kata penuh dengan ungkapan ‘aku cinta padamu’ seluruh gerbong kehidupan sarat proklamasi rindu, tapi kita lupa membebaskan hati perempuan, memberinya sayap dan terbang ke angkasa memenuhi janji Tuhan tentang cinta yang menjadi tugas sejarah dimana Perempuan adalah inti kehidupannya.

Perempuan adalah mereka yang ditugaskan Tuhan untuk menghidupkan api abadi cinta, hanya kepada perempuan lelaki kehilangan nafsu membunuhnya, kehilangan kebringasannya untuk menghajar kehidupan lewat darah kekerasan, hanya perempuan saja yang mampu mengubah warna merah darah kekejaman menjadi warna merah hati, warna kasih sayang.

Tapi sayangnya tubuh, pikiran dan jiwa perempuan kita penjara, ia kita paksa untuk menumbuhkan cinta, ia kita perbudak, tubuhnya kita jadikan aset milik kita, pikirannya kita jejali dengan doktrin-doktrin yang menghinakan, dan jiwanya kita perbudak seakan-akan tanpa laki-laki perempuan hanyalah mahluk lemah peminta-minta.

Lihatlah mata perempuan, lihatlah bola matanya yang bulat gundu, pahamilah hatinya, bagaimana mereka selalu meminta pada kita kaum lelaki untuk sejenak saja berhenti menghentikan kompetisi-kompetisi, menghentikan perlombaan-perlombaan, beristirahat sejenak, duduk tenang pada beranda rumah dan melihat dunia. Melihat bumi yang indah, melihat anggrek yang mekar, melihat tepi pantai yang bergelombang, ombak-ombak laut seperti tenaga rindu tanpa henti dan matahari pagi yang memperbaharui harapan. Perempuan selalu berkata pada kita ‘hati-hati’ sebenarnya itu pesan Tuhan agar kita terus menjaga mimpi lelaki agar tetap merawat kehidupan.

Kepada perempuan-perempuan di hari Valentine, surat ini kutuliskan untukmu, janganlah engkau terus menghidupkan kesedihan, janganlah engkau menangis tentang masa lalu, janganlah engkau selalu terus menerus membangun batu bata putus harapan dan menjadikan kesedihan sebagai rumah batu-mu. Karena asal kalian tahu, kalian adalah mahluk istimewa yang diciptakan Tuhan untuk menjaga cinta, untuk merawatnya, untuk menghadiahinya, dibalik omelan-omelan kalian, keluhan kalian, ngambeknya kalian, dan seribu kekesalan sesungguhnya kalian sudah mengumpulkan kayu-kayu bakar cinta dan tinggal kalian hidupkan dengan api cinta itu, apa apinya?

Senyum kalian, senyum perempuan.........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar