Tahun 2014
bisa dikatakan tahun sulit, karena belum-belum kita sudah dihadapkan
pada angka hancurnya rupiah pada level Rp. 12.274,- (31 desember 2013),
ini adalah level terendah sejak masa era reformasi. Sementara di sektor
impor kita mengalami kenaikan signifikan USD191,67 miliar dan ekspor
sebesar USD190,04 miliar. Menurut catatan BPS defisit terbesar berasal
dari impor minyak US$ 5,59 milyar. Besarnya defisit minyak memberatkan
anggaran kita.
Tahun 2014 sebagai Tahun Politik, namun
sayangnya menurut catatan Indonesian Indicator, sebuah lembaga yang
mencatat “Dinamika Pemberitaan Media” menempatkan Politik erat kaitannya
dengan pemberitaan masalah-masalah korupsi, politik bukan lagi sebagai
“alat jalan keluar dari persoalan-persoalan masyarakat” tapi politik
menjadi sebuah tontonan panjang melelahkan bagaimana pejabat-pejabat
negara berikut politisi dan cukong menjadi pemain sulap duit anggaran
negara.
Politik bukan lagi sebagai ‘sebuah jalan hidup’ tapi
oleh rezim sekarang politik menjadi “jalan mencari penghidupan” ditengah
kesengsaraan rakyat, naiknya harga-harga di pasar-pasar, para politisi
dan pejabat negara besar-besaran merampok dana negara.
Tahun
2014 adalah tahun persimpangan, tahun dimana kita mau jadi lebih buruk
atau lebih baik. Di tengan suara-suara bermulut comberan para politisi
muncul satu fenomena “Jokowi”, kemunculan ini jadi kejutan banyak orang,
karena sekali gebuk panggung, Jokowi menjungkalkan tujuh calon
Presiden.
Kita memang sedang mengalami “Penyimpangan” jauh
fungsi negara, negara yang tadinya merupakan idealisme tertinggi
peradaban, kini malah dijadikan sarang comberan untuk mengeruk uang,
rakyat tidak lagi menjadi sumber perhatian pejabat negara, rakyat
dijadikan hanya “cek kosong” bagi perdebatan-perdebatan politik.
Apakah kita bisa berubah?, apakah kita bisa memulai politik dengan
penuh etika dan berperadaban modern, apakah Partai bisa menjadi agen
perubahan masyarakat bukan agen makelar proyek?, kita memahami memang
ini sulit, tapi dengan berusaha kita akan mendapatkan jalan keluarnya.
Tahun 2014 memang akan menjadi tahun yang berat, tapi dengan
mengucapkan “bismillah” kita hadapi tahun ini dengan penuh keberanian,
dengan penuh percaya diri bahwa Indonesia kita akan bangkit kembali dari
keterpurukannya dan menjadi bangsa terhormat. Sudah saatnya kita
menyerukan Indonesia Raya di dalam hati kita, karena hanya bangsa ini
yang mampu mengembalikan kita bukan saja ke dalam perahu
kenangan-kenangan di masa lalu, tapi bagi anak-anak masa depan.
Semoga Tahun 2014 bisa menjadi tahun yang jaya, tahun berdikari, tahun kemenangan bagi Indonesia.